MENGENAL RUTINAN SEMAAN Al-QUR'AN DAN DZIKRUL GHAFILIN MOLOEKATAN SENIN LEGI DI PONOROGO

MENGENAL RUTINAN SEMAAN Al-QUR'AN DAN DZIKRUL GHAFILIN MOLOEKATAN SENIN LEGI DI PONOROGO
Semaan Al-Qur’an dan Dzikrul Ghafilin Moloektan Gus Miek yang rutin digelar di berbagai wilayah di Indonesia kini bergulir di wilayah Ponorogo, tepatnya di masjid An-Nurkalam Desa Bulu Kecamatan Sambit Kabupaten Ponorogo (Senin, 6-11-2023). Dalam kegiatan rutinan semaan ini, masing-masing daerah memilik jadwal yang berbeda. Kabupaten Ponorogo mendapat jadwal semaan setiap selapan bulan sekali yakni pada hari senin legi.
Semaan Al-Qur’an dan Dzikrul Ghafilin Moloektan Gus Miek turut dihadiri oleh banyak tokoh di wilayah Ponorogo. Turut hadir di tengah-tegah kegiatan yakni Bupati Ponorogo bapak Sugiri Sancoko, S.E, M.M beserta jajarannya, Pimpinan Pondok Al-Barakah K.H Imam Suyono, tokoh masyarakat setempat serta keamanan dari ormas banser wilayah kecamatan Sambit.
Kegiatan tersebut tak lepas dari peran dan kontribusi tokoh dan masyarakat setempat. Sejak beberapa hari, masyarakat dan para pemuda telah mempersiapkan kegiatan semaan mulai dari membentuk kepanitiaan, melengkapi sarana dan prasarana acara, hingga menyusun jamuan yang akan dihidangkan kepada para kyai, huffadz dan masyarakat yang meghadiri semaan Al-Qur’an.
Semaan sendiri merupakan kegiatan membaca dan mendegarkan pembacaan Al-Qur’an di kalangan warga nahdliyyin dan pesantren pada umumnya. Kata semaan berasal dari bahasa Arab sami’a – yasma’u yang artinya mendengar. Kata tersebut kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi “simaan” atau “simak” dan dalam bahasa Jawa disebut “semaan”. Pada praktiknya, penggunaan kosa kata ini hanya khusus untuk santri atau masyarakat yang membaca dan medengarkan Al-Qur’an.
Dilihat dari sejarahnya, Semaan Al-Qur’an dan Dzikrul Ghafilin pertama kali dirutinkan pada tahun 1986 oleh ulama karismatik dan termasyhur di Jawa Timur yakni K.H Hamim Tohari Djazuli atau dikenal dengan panggilan Gus Miek. Gus Miek merupakan putra ketiga dari enam bersaudara pediri sekaligus pengasuh Pondok Pesantren Al-Falah Ploso Mojo Kediri, KH. Djazuli Usman dan Nyai Rodliyyah Djazuli.
Sepeninggal beliau, kegiatan rutinan Semaan Al-Qur’an dan Dzikrul Ghafilin masih terus lestari hingga saat ini. Kegiatan ini diteruskan oleh putra beliau bernama K.H Tijani Robbert Saifu Nawas (Gus Robbert) dan diteruskan oleh putra Gus Robbert dengan Ning Nida Dusturiyyah bernama Gus Thuba Topo Broto Maneges atau biasa disapa akrab Gus Thuba.
Di tahun 2006, Gus Robert menambah amaliyyah puasa sunnah dalam kegiatan semaan. Hal tersebut sesuai dengan hadits Nabi “Disunnahkan untuk berpuasa dihari menghatamkan Al-Qur’an” dan “Barang siapa menghatamkan Al-Qur’an dengan berpuasa, maka masuklah ia ke dalam surga”. Gus Robert menambahkan puasa semata lillahi ta’ala dan rasa takdim dengan Gus Miek. Bahkan menambahkan kata “Moloekatan” dengan harapan jama’ah pecinta semaan tergerak hatinya untuk mengikuti jejak malaikat yang suci dari nafsu duniawi.
Dengan kondisi lapar, diharapkan ayat-ayat Al-Qur’an yang didengarkan dapat merasuk lebih dalam ke alam pikiran sadar maupun bawah sadar para sami’in sehingga lebih mengena untuk membersihkan hati dan menjernihkan akal, sehingga mendorong terbentuknya akhlakul karimah yang penuh rahmat dan kasih sayang serta kedamaian bagi diri sendiri, keluarga, masyarakat, lingkungan juga sesama.
Kirim Komentar
Komentar baru terbit setelah disetujui Admin